Memperingati Hari Kusta Sedunia bersama NLR dan Kementerian Kesehatan Indonesia
Tanggal 28 Januari kemarin diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kusta terbesar ke-3 sedunia setelah India dan Brazil, rasanya memang harus terus bergerak untuk mengurangi angka penularan dan stigma di masyarakat. Dalam rangka World Leprosy Day tersebut, Ruang Publik KBR tanggal 30 Januari 2024 kemarin menghadirkan Ibu Hana Krismawati, M. Sc seorang pegiat Kusta dan analis kebijakan dari Pusat Sistem dan strategi kesehatan Kementerian Indonesia dan Agus Wijayanto, MMID, Direktur eksekutif NLR Indonesia.
Di Indonesia stigma terhadap penderita kusta masih tinggi. Untuk sejalan dengan tema World Leprosy Day tahun ini yaitu, unity, act and eliminate, diharapkan masyarakat Indonesia bisa bersatu dan beraksi bersama untuk menghapus Kusta. Dibutuhkan peran serta seluruh masyarakat untuk menghapus Kusta di Indonesia, termasuk menghapus stigma tentang OYPMK (Orang Yang Pernah Menderita Kusta) di Indonesia.
Unity, Act and Eliminate
Salah satu lembaga di Indonesia yang aktif bergerak dalam membantu mengurangi angka Kusta adalah NLR Indonesia. NLR Indonesia juga aktif bergerak memberikan edukasi di daerah-daerah yang memiliki angka penderita Kusta cukup tinggi, untuk membantu menghapus stigma dan memberikan pendampingan bagi para OYPMK agar tetap bisa berperan aktif di masyarakat.
Sebagai pegiat Kusta, Bu Hana membuka fakta yang mencengangkan. Kata Bu Hana
“Jawa Tengah dan Jawa Timur menyumbang angka cukup tinggi dalam jumlah OYPMK yang tercatat di kementerian Kesehatan. Meskipun angka persentasenya cukup rendah dibandingkan NTT dan wilayah lain di luar Jawa, namun secara nominal masih ada 1.000 lebih angka OYPMK yang ada di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur”.
Jadi faktor ekonomi dan pendidikan bukan hanya menjadi satu-satunya faktor yang turut serta membuat angka penularan Kusta cukup tinggi. Terbukti di pemetaan wilayah endemis, Pulau Jawa yang memiliki fasilitas kesehatan dan pendidikan yang lebih mumpuni dibanding wilayah lain pun masih menyumbang angka cukup tinggi. Untuk itu, Bapak Agus mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut menyuarakan bahwa kusta bisa sembuh dan hanya menular melalui kontak fisik cukup erat dengan penderita.
Lebih lanjut bu Hana mengajak para peneliti dan akademisi di Indonesia untuk turut aktif melakukan kajian dan penelitian tentang Kusta. Dibandingkan negara lain, akademisi di Indonesia masih sedikit yang mau meneliti dan bersama-sama berjuang untuk menurunkan angka penderita dan penyebaran kusta.
Dengan peringatan Hari Kusta Sedunia ini diharapkan mampu mengajak lebih banyak masyarakat untuk bersatu dan bergerak, beraksi mengeliminasi angka kusta di Indonesia dan merangkul para OYPM untuk dapat tetap berperan aktif di masyarakat, seperti yang telah dilakukan oleh NLR Indonesia.
Menemani penyandang disabilitas dalam pesta rakyat pemilihan umum bukan hal baru dan langka bagi saya. Selain papa mertua yang terkena stroke dan harus belasan tahun duduk di kursi roda, dulu saya punya kawan low vision yang penglihatannya terbatas. Saat itu sama-sama pertama kalinya bagi kami merasakan pemilihan umum, sehingga kami janjian pergi bersama-sama. Ketika itu saya tidak tahu kalau ada kertas suara yang ada brailenya. Saya ingat betul kawan saya dituntun memasuki bilik suara oleh kedua orang tuanya dan dipandu dalam memilih.
Saya baru tahu kalau ada kertas suara yang ada brailenya kemarin setelah mendengarkan Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia tanggal 28 November 2023 di live streaming di Youtube dengan tema “Partisipasi Remaja dengan Disabilitas dalam Pemilu 2024“. Talkshow tersebut menghadirkan Kenichi Satria Kaffah, selaku Remaja dengan Disabilitas dan Ibu Noviati, S.IP selaku Tim Panitia Pengawas Pemilu 2024. Talkshow yang dipandu Rizal Wijaya selaku host berlangsung selama 1 jam.
Ibu Noviati menuturkan bahwa
“konsitutsi negara kita sudah mengatur kepemenuhan hak politik para penyandang disabilitas dalam UU no 7 tahun 2017 pasal 5 bahwa penyandang disabilitas yang memenuhi persyaratan memiliki hak yang sama sebagai pemilih untuk menggunakan hak pilihnya, sebagai peserta pemilu maupun sepagai panitia penyelenggara pemilu.”
Jadi jelas ya semestinya tidak ada diskriminasi bagi penyandang disabilitas.
Namun pada kenyataannya masih banyak para penyandang disabilitas yang tidak mendapat hak politik dengan berbagai alasan, mulai dari tidak terdata sebagai penyandang disabilitas sehingga tidak mendapat fasilitas khusus untuk dapat menjalankan hak pilihnya hingga tidak terdata sebagai peserta pemilu. Apabila menjumpai hal yang demikian, Bu Noviati menyarankan untuk segera melaporkan ke KPU. Pada saat petugas PANTARLIH datang ke rumah, pastikan bahwa anggota keluarga disabilitas sudah terdata dengan baik oleh petugas.
Kenichi atau sering disapa Kak Ken, berbagi pengalaman sebagai penyandang disabilitas yang tahun depan akan mendapatkan hak pilihnya pertama kali. Sebagai penyandang disabilitas Kak Ken sudah memastikan bahwa namanya terdata sebagai penyandang disabilitas netra dalam DPT (daftar pemilih tetap) sehingga di TPU tempat Kak Ken nantinya memilih akan diberi surat suara khusus bagi disabilitas netra.
Sejauh ini Kenichi sendiri tidak pernah mengalami intimidasi dalam menentukan pilihannya. Pun demikian yang dia dengar dari teman-temannya yang sudah lebih dulu menjadi pemilih dalam pesta pemilu. Hal yang acap terjadi adalah kurangnya fasilitas dan akses di TPU saat hari pencoblosan. Hal ini diakui ibu Novita dan akan menjadi koreksi bersama bagi Panwaslu dan Panitia Pemilu.
Apalagi tahun 2024 ini akan menjadi Pemilu Inklusif yang mengedepankan 3 hal bagi penyandang disabilitas, yaitu menerapkan Prinsip kesetaraan, prinsip aksesibilitas dan prinsip sinergitas. Dengan terselenggaranya pemilu inklusif tahun depan semoga semakin banyak warga yang dapat berpartisipasi dalam pesta akbar pemilihan umum dan mendapatkan hak pilihnya sesuai konstitusi yang berlaku.
Chiling dan Healing Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas, Perlukah?
Saat ini, kata healing sering digaungkan dalam media sosial (medsos) atau bahkan kita mendengarkan dari orang terdekat. Pergi ke mall, olahraga atau kemanapun tempatnya akan dikatakan sebagai healing. Healing sendiri dalam kamus Bahasa Inggris diartikan sebagai penyembuhan. Sedangkan chilling dari chill, mengandung makna santai. Kata ini juga sering digunakan untuk menggambarkan istilah “menenangkan diri”.
Chilling dan healing sangat dibutuhkan bagi setiap individu yang hidup. Mengapa? Karena kedua kegiatan tersebut mempunyai dampak besar bagi manusia. Secara umum, salah satunya adalah untuk menyegarkan kembali jiwa raga setelah mengalami kepenatan kegiatan. Sedangkan secara khusus, tergantung peristiwa yang dialami. Akan tetapi, bagaimana dengan chilling dan healing bagi OYPMK (Orang Yang Pernah Menderita Kusta) dan penyandang disabilitas?
Dalam talkshow Ruang Publik KBR yang bekerja sama NLR kali ini mengusung tema tentang ‘Chilling dan Healing bagi OYPMK dan penyandang disabilitas, Perlukah?’ Acara yang dibawakan dengan menyenangkan oleh host KBR, Rizal Wijaya. Turut mengundang Donna Swita selaku Executive Director Institute of Woman Empowerment (IWE) dan Ardiansyah (OYPMK) yang menjabat sebagai Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia.
Menurut Donna Swita, definisi healing adalah penyembuhan pada sesuatu yang berdampak pada psikis dan emosi seseorang. Healing tidak hanya dibutuhkan oleh OYPMK, tetapi semua orang membutuhkan. Mengenai healing atau pemulihan diri atau perawatan, ada 5 dimensi penting, diantaranya adalah:
Dimensi fisik, dalam dimensi ini berbicara tentang kesehatan fisik. Misalnya saja, karena kurang istirahat akhirnya berdampak dengan fisik.
Dimensi psikis, stress karena banyak stigma yang harus dibenahi.
Mental
Relasi, berhubungan dengan orang tua dan orang lingkungan sekitar.
Spiritual
Dari kelima dimensi tersebut bisa dilihat, dimensi mana yang paling dibutuhkan oleh OYPMK dan penyandang disabilitas. Karena setiap orang memiliki proses pemulihan yang berbeda. Tergantung dimensi permasalahan yang dihadapi. Namun, dari semuanya, yang terpenting adalah informasi atau pengetahuan. Pemanfaatan kecanggihan teknologi dalam menggali ilmu pengetahuan tentang penyakit kusta seharusnya lebih mudah diperoleh dan dicari. Hanya dengan mengetik kalimat kusta atau healing misalnya, maka akan segera bermunculan informasi yang dicari.
Sekarang ini, kebanyakan orang memanfaatkan teknologi pintar dalam hal medsos, namun tidak banyak yang mampu mencari informasi dan membaca dari sumber yang valid. Akhirnya, banyak yang terperosok berita bohong, atau bahkan stigma lama yang masih dipakai. Sehingga pandangan mengenai penyakit kusta pun masih saja sama. Padahal informasi mengenai kusta ada sudah banyak digaungkan. Tidak semua orang bisa menerima OYPMK karena keterbatasan pengetahuan atau lebih percaya berita yang tidak jelas alias hoaks.
Menurut salah satu sumber yang hadir dalam Ruang Publik KBR yaitu, Ardiansyah selaku OYPMK dan Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia. Beliau mengatakan bahwa healing sangat dibutuhkan bagi OYPMK dan penyandang disabilitas. OYPMK lebih banyak menutup diri dan pada akhirnya tidak mempunyai teman untuk bercerita dan berkeluh kesah. Stigma tidak diterima masyarakat terlanjur melekat karena banyak OYPMK yang mengalami. Pada akhirnya, perasaan tertekan dan takut menceritakan penyakitnya membuat OYPMK menutup diri.
Seperti yang dialami Ardiansyah, bagaimana penolakan orang tua dan lingkungan terhadapnya. Rasa tertekan dan penolakan ini membuat Ardiansyah mencari dukungan dari luar. Beruntung sekali Ardiansyah menemukan teman-teman organisasi yang sangat mendukung. Namun tidak semua OYPMK bisa mengatasi penolakan. Ardiansyah memiliki strategi, yaitu:
Percaya Tuhan: harus berpikir bahwa ini adalah rencana Tuhan dan manusia tidak tahu rencana Tuhan. Sehingga harus menerima semua yang dialami.
Berpikir positif ke depan: ingin berubah atau tidak kembali pada diri sendiri. Yang menentukan langkah ke depan adalah diri sendiri bukan orang lain.
Melanjutkan hidup
Meng-edukasi orang-orang sekitar
Bahwa semua kembali pada diri sendiri, sehingga orang-orang di sekitar bisa menjadi support system OYPMK dan penyandang disabilitas.
Ada salah seorang penanya yang menanyakan, mengapa proses healing tidak memanfaatkan kecanggihan teknologi agar OYPMK dan penyandang disabilitas tidak ketinggalan teknologi alias melek teknologi. Menurut Ardiansyah, bisa saja memanfaatkan teknologi. Namun sayangnya, tidak semua berpendidikan tinggi. Banyak yang tinggal di daerah pelosok. Upaya penyembuhan lebih difokuskan pada mengatasi luka hati, yang membutuhkan proses lebih lama dari pada teknologi.
Ardiansyah mengatakan, salah satu cara healing yang mungkin ampuh adalah menulis. Dengan menulis tentang diri sendiri, bisa menceritakan atau menumpahkan segala apa yang dirasakan dan dipikirkan. Ardiansyah juga membagikan kisahnya tentang langkah kongkrit yang dilakukan saat harus meyakinkan kedua orang tua (terutama ibu) dan orang terdekat. Langkah tersebut adalah:
Meningkatkan kemampuan diri di berbagai bidang (apa yang disukai kembangkan).
Jangan membatasi diri, perluas relasi agar menguasai teknologi dan informasi.
Menjadi OYPMK dan penyandang disabilitas jangan dijadikan alasan untuk menutup diri atau membatasi diri, tetapi buktikan bahwa dalam keterbatasan ada kesempatan yang sama. Di mata Tuhan, semua sama.
Jerawat sering menjadi masalah banyak orang, bukan hanya kaum hawa, tetapi lelaki pun bisa dibikin resah. Benda kecil mungil di wajah ini bisa bikin seluruh kepercayaan diri yang sudah dibangun anggun, bisa luluh lantak seketika. Karena itu penanganannya pun tidak main-main.
Berbagai macam merk krim penghilang jerawat berseliweran di pasaran. Bahkan jika dirasa sudah parah dan tidak terkendali, maka pergi ke klinik restoratif kecantikan menjadi sebuah solusi. Dengan penanganan dari dokter kecantikan terpercaya diharapkan dapat membantu mendapat pengobatan yang tepat.
Salah satu klinik kecantikan terpercaya di Sukabumi adalah Dr Metz Restorative Clinic yang dimiliki oleh dr. Muhammad Rahmatullah. Klinik restoratif ini berdiri dengan nama klinik kecantikan Irna, hingga kemudian berganti nama. Banyak korban dari kegagalan kosmetik yang dialami para perempuan yang kemudian memilih untuk datang dan berkonsultasi dengan dokter yang ramah tersebut.
Dokter Ahli Jerawat Dari Sukabumi
dr. Muhammad Rahmatullah M.Biomed AAM,FINEM atau dulu dikenal dengan dr. Rahmat atau dr. Metz memiliki passion melayani. Berawal dari jeratan hutang karena investasi bodong, dr. Muhammad Rahmatullah mulai serius menekuni bidangnya. Lulusan fakultas kedokteran Universitas Jenderal Ahmad Yani (UNJANI) Cimahi ini menemukan kepuasan ketika berhasil menangani pasien yang mengalami masalah kecantikan kulit.
Bagi dr. Rahmat, kecantikan bukan hanya masalah kesehatan kulit, namun juga masalah kesehatan psikis. Banyak kasus permasalahan kulit wajah dimulai dari kacaunya hormon akibat dari stress. Kalau sudah seperti ini penanganan medis untuk proses restoratif kecantikan yang dibutuhkan pun bukan sekedar krim wajah atau serum, namun juga konsultasi psikologis.
Karena itu, selain lulus dari pascasarjana anti aging medicine Universitas UDAYANA, dr. Muhammad Rahmatullah juga mengambil sertifikasi hipnosis, hypnotherapist, akupuntur, digital FINEM dan banyak lagi pendidikan non-formal yang berkaitan dengan bidang penanganan kesehatan kulit dan kecantikan. Keahlian dan keterampilan serta ketelatenan menangani pasiennya secara personal inilah yang akhirnya membuat dr. Rahmat banyak dicari ketika menemui masalah kulit wajah dan membutuhkan restoratif kecantikan.
Karena banyaknya pasien yang memiliki masalah jerawat dan membutuhkan restoratif kecantikan, dengan berbagai latar belakang dan komplikasinya masing-masing, membuat dokter kecantikan Sukabumi ini menjadi paham hingga tuntas tentang jerawat dan berbagai macam permasalahan hingga penanganannya. Ibarat kata, dokter restoratif kecantikan satu ini sudah khatam mengurusi soal jerawat. Dari mulai mendirikan sebuah klinik kecil hingga kini memiliki klinik berlantai tiga, bahkan sudah berdiri tiga cabang, membuat pengalaman beliau dalam menangani jerawat sudah tidak diragukan lagi.
Berawal dari keresahan karena melihat pasien yang banyak terjerumus ke dalam korban kosmetik yang tidak kunjung berhenti inilah, akhirnya membuat dr. Rahmat berniat menerbitkan buku khusus tentang jerawat. Bukan hanya sebuah buku, namun tiga buah buku sekaligus. Ibarat kata, buku ini nantinya bisa menjadi ensiklopedi tersendiri bagi masalah jerawat. Harapannya buku tersebut bisa menjadi rujukan bagi tenaga medis yang lain dan tentu saja bisa menjadi pegangan bagi para masyarakat umum agar tidak terjerumus ke permasalahan serupa.
Berikut tiga buku yang akan diterbitkan oleh dokter ahli jerawat dari Sukabumi :
Acne pedia
Acne life transformation
Acne diet transformation
Mari kita tunggu semoga segera terbit dan bisa membantu mengurangi kegelisahan masalah jerawat.
Di Klinik restoratif kecantikan miliknya, dr. Rahmat hingga kini masih menerima pasien dengan berbagai permasalahan. Meski kini banyak dibantu oleh rekan sejawat yang lainnya, namun dr. Rahmat masih tetap menangani sendiri pasien-pasien yang datang mencarinya. Dokter ahli jerawat yang mengidolakan dr. Jasper dari Amerika dan Dr. Arthur S. Simon, SpKK dari dokterkulitku ini kembali menekankan bahwa permasalahan jerawat itu ibarat gunung es dari pola hidup kita. Potensi orang mengalami masalah jerawat yang parah biasanya 80% dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan 20% sisanya akibat kesalahan kosmetik atau kesehatan kulit.
Dr Metz Restorative Clinic Menyediakan Konsultasi Gratis
Buat kalian yang ada di Sukabumi dan sekitarnya, bersyukurlah. Karena dokter kencantikan Sukabumi ini bersedia memberikan konsultasi gratis buat kalian yang memiliki permasalahan medis seputas kecantikan dan kesehatan kulit wajah. Untuk kalian yang ingin mendapatkan Konsultasi gratis, kalian bisa mencoba menghubungi Dr Metz Restorative Clinic.
Buat yang di luar sukabumi dan tetap ingin berkonsultasi gimana dong? Jangan khawatir dr. Muhammad Rahmatullah dokter kecantikan Sukabumi juga membuka jalur konsultasi online. Kurang baik gimana coba dokter ahli jerawat satu ini? Semoga amal baiknya menjadi jariyah akhirat ya, Dok dalam membantu mengembalikan hidup lebih menyenangkan bagi para kaum adam dan hawa yang memiliki masalah jerawat ini.
Setelah konsultasi dan mendapatkan saran medis, tak perlu takut. Semua Dr Metz skincare yang direkomendasikan bisa dibeli melalui marketplace seperti shopee atau tokopedia. Namun sebelum membeli, disarankan untuk konsultasi dulu agar tahu kebutuhan kulit kalian. Dr Metz skincare yang diresepkan ada dua jenis yaitu kosmetik bagi yang bersifat perawatan tanpa permasalahan kulit serius dan kosmedik bagi yang membutuhkan penanganan permasalahan kulit lebih serius. Jadi kenali dulu masalah dan kebutuhan kulit kalian dulu ya!
Untuk konsultasi gratis atau ngobrol-ngobrol dengan dr. Muhammad Rahmatullah dari Dr Metz Restorative Clinic, bisa cek tautan berikut:
Sekolah Inklusi Demi Pendidikan Setara Untuk Anak Disabilitas
Kusta bukan hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Dampak yang ditimbulkan pada anak-anak sama dengan yang terjadi pada orang dewasa. Jika diskriminasi terjadi pada OYPMK (orang yang pernah menderita kusta) usia dewasa, pun demikian yang terjadi pada anak-anak. Para bocah penderita kusta dan mengalami disabilitas ini pun tak lepas dari diskriminasi.
Sama halnya yang terjadi pada orang dewasa, kusta pada anak-anak pun mengalami peningkatan sebesar 9,14%. Angka yang masih lumayan tinggi dan di atas target pemerintah. Namun begitu, semua pihak bekerjasama untuk menekan dan menurunkan angka tersebut. Seperti yang dilakukan oleh NLR dan Yayasan Kita Juga (SANKITA).
Ruang Publik KBR bersama NLR menghadirkan Anselmus Gabies Kartono dari Yayasan Kita Juga, Frans Patut Kepala sekolah SDN Rangga Watu, Manggarai Barat dan Ignas Charlie, penyandang disabilitas kelas 5 sekolah dasar. Dalam talkshow tersebut, Ignas bersama kepala sekolah dan Yayasan Kita Juga membahas tentang diskriminasi yang terjadi dan cara mengatasinya.
Bapak Frans Patut menjelaskan bahwa SD Negeri Rangga Watu telah menjadi sekolah inklusi terhitung sejak tahun 2017. Saat ini di sekolah tersebut ada 7 anak penyandang disabilitas, termasuk Ignas Charlie sebagai penyandang OYPMK. Sebagai kepala sekolah, tidak sedikit kendala yang dialami dalam perjalanannya menyelenggarakan pendidikan inklusi. Kendala yang terjadi mulai dari penerimaan warga sekolah, anak-anak didik, orang tua wali murid, hingga warga sekitar.
Bapak Anselmus mengatakan penolakan atau pandangan curiga masih jamak dialami penyandang kusta, termasuk anak-anak. Padahal penyandang kusta yang telah mengkonsumsi obat Rifampisin sesuai dosis yang yang telah diberikan maka tidak akan menularkan penyakitnya. Penyakit kusta hanya akan menular jika mengalami kontak langsung secara terus menerus selama 20 jam berturut-turut selama minimal satu minggu tanpa proses pengobatan.
Jika kurang dari jangka waktu tersebut, maka masih terbilang aman. Ditambah lagi jika penderita kusta mengkonsumsi obat secara rutin, maka tidak akan menularkan penyakitnya. Literasi seperti ini yang masih belum tersampaikan secara benar ke masyarakat. Edukasi seperti ini wajarnya diberikan di lingkungan yang rentan dan banyak penderita kusta. Hal ini untuk mengurangi angka diskriminasi dan kesenjangan pada penderita kusta.
Kendala lain yang dialami para tenaga pendidik adalah kurangnya kemampuan tenaga didik menangani anak berkebutuhan khusus. Mengutip ucapan yang disampaikan Bapak Anselmus bahwa “Guru reguler dengan basic PGSDN tidak memiliki kemampuan menangani anak berkebutuhan khusus. Karena itu SANKITA memberikan pelatihan dan asesmen bagi tenaga didik tersebut agar memiliki kemampuan menangani anak-anak berkebutuhan khusus”
Asesmen seperti ini yang belum banyak diberikan di wilayah-wilayah lain, sehingga pemenuhan hak pendidikan anak menjadi terganggu. Masih banyak anak-anak penyandang kusta yang seharusnya masuk usia sekolah, tidak mendapatkan haknya dikarenakan kurangnya pengetahuan orang tua dan minimnya sekolah yang memberikan fasilitas untuk anak penyandang kusta.
Ignas beruntung tinggal di dekat sekolah yang dapat menyelenggarakan pendidikan inklusi. Ignas sempat mengalami perundungan dan diskriminasi. Namun tidak berlangsung lama. Sankita bersama SDN Rangga Watu berhasil merangkul Ignas dan memberikan hak pendidikannya serta menyediakan lingkungan yang mumpuni untuk tumbuh dan bergaul bersama kawan-kawan sebayanya.
Ignas bercerita kalau bapak ibu guru memperlakukannya sama seperti teman-temannya yang lain. Ignas tidak lagi mengalami diskriminasi dalam memperoleh pendidikan. Ignas dapat berteman dengan kawan sebayanya, tanpa merisaukan perundungan lagi. Bahkan Ignas mengatakan ia hanya malas sekolah ketika cuaca dingin dan memancing gelak tawa narasumber lainnya. Sungguh pernyataan yang polos anak-anak ya… Semoga Ignas bisa mendapatkan kesempatan yang sama besar untuk meraih cita-citanya ya!
Apa yang dialami oleh Ignas belum tentu sama dengan yang dialami anak-anak lain yang sama-sama menderita kusta dan disabilitas. Semoga kesempatan pendidikan yang setara yang diperoleh Ignas bisa juga diperoleh anak-anak lain. Semangat terus ya, Ignas dan Bapak, Ibu guru!
Istana Sublim Ajak Gali Cuan Dari Custom Desain Baju Keluarga
Bocahku senang sekali menggambar. Satu bocah senang menggambar doodle, satu bocah senang menggambar menggunakan aplikasi-aplikasi digital kekinian. Gambar-gambar ini kami kumpulkan di satu folder. Ketika lihat gambar anak-anak ini, sempat kepikiran untuk ambil satu gambar yang paling memorable untuk dicetak di kain dan dibuat baju keluarga.
Tapi pertanyaan seputar di mana, gimana caranya, berapa harganya, belum juga nemu jawabannya. Lupa mau cari informasinya, sampai akhirnya ketemu sama Pak Rio, pemilik Istana Sublim. Ternyata gampang banget lho caranya, bahkan Pak Rio memberitahu tips biar gambar-gambar itu bisa jadi sumber cuan. Wuaah… Menarik nih!
Printing Kain Custom Design Ke Istana Sublim
Di Istana Sublim kita bisa order printing kain dengan custom desain. Pemilik Istana Sublim di Bandung sendiri sama dengan pemilik Apronesia, perusahaan yang menyediakan barang hospitality seperti apron, chef jacket, cookware dan home decor. Yang bisa dicetak oleh Istana Sublim tidak cuma kain, kalau mau yang sudah dalam bentuk jadi seperti kaos, hijab, baju, jersey, dan sejenisnya pun bisa. Pak Rio menuturkan jenis kain sublim yang paling bagus untuk dicetak menggunakan sistem sublim kain adalah jenis yang ada unsur Polyester nya.
source: @istanasublim
Mengusung tagline Istana Sublim “Start Creating with Us”, Pak Rio berharap dapat membantu mewujudkan kreativitas banyak orang dan saling belajar dalam banyak hal. Seperti namanya, Istana sublim mencetak gambar ke kain menggunakan metode sublim kain. Untuk yang belum tahu, metode sublim adalah metode transfer file dari bentuk digital ke kain menggunakan kertas transfer. Setelah file dipindah ke kertas khusus, kain dan kertas akan diproses di mesin press dengan suhu tinggi agar tinta menempel pada kain.
Kelebihan cetak gambar menggunakan sistem print sublim kain adalah warna hasil cetakan tidak mudah pudar dan tidak mudah rusak. Karena dipanaskan pada suhu hingga lebih dari 200°C maka hasil akan jauh lebih awet. Karena menggunakan sistem transfer file, maka jumlah order pun tidak harus banyak, bahkan 1 meter kain pun bisa. Tentu ongkosnya jadi lebih terjangkau.
Kenapa Harus Pilih Jasa Printing Istana Sublim Bandung?
Sublim printing sekarang banyak dan menjamur di mana-mana. Kalian bisa temui di kota-kota besar, bukan hanya jasa sublim printing di Bandung. Namun begitu, kenapa harus memilih Istana Sublim di Bandung? Ini nih beberapa alasan yang bisa membantu:
Jasa printing Istana Sublim Bandung menerima order mulai dari order kecil (satu meter kain) hingga order dalam jumlah besar atau pabrikan.
Mesin yang dimiliki Istana Sublim mampu menghasilkan cetakan hingga seribu meter per hari.
Istana Sublim memberikan garansi kualitas pelayanan prima yang mengedepankan kepuasan pelanggan dan kelancaran kerjasama.
Istana Sublim memiliki mesin dengan kapasitas yang tinggi sehingga proses pengerjaan lebih cepat.
Istana Sublim menawarkan paket harga layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggannya.
Untuk kalian yang baru memulai bisnis, membuka pesanan dengan sistem purchase order (P.O) hingga yang sudah memiliki kapasitas order besar, semua bisa dilayani oleh Istana Sublim dengan kualitas pelayanan yang menjanjikan. SDM yang bekerja sudah mendapat pelatihan sehingga menguasai teknik printing kain Istana Sublim.
source: @istanasublim
Untuk nego-nego harga dengan pesanan kualitas besar, boleh lho kontak langsung ke Pak Rio. Untuk yang mau memesan untuk kebutuhan personal, bikin seragam pengajian, bikin seragam keluarga, atau membutuhkan jasa sublim kain Polyester tetap dilayani dengan prima oleh customer service. Jadi gak perlu takut buat tanya-tanya yaaa…
Gimana Cara Order Di Istana Sublim?
Untuk kalian yang sudah punya ide menggali cuan dari printing kain, bisa mulai intip-intip instagram Istana Sublim di https://instagram.com/istanasublim untuk melihat siapa tahu sedang ada promo paket dengan harga diskon. Untuk ordernya gak terlalu rumit kok, kalian juga gak perlu install aplikasi apapun.
Hubungi customer service untuk brainstorming order, konsultasi dan diskusi layanan.
Kalau sudah punya file siap cetak, order bisa langsung diproses. File memiliki resolusi di atas 150 dpi baik dalam bentuk pdf atau jpeg/png
Kalau masih belum ada file yang siap cetak, kita bisa request desain dengan dikenakan biaya tambahan desain.
Biaya desain tersebut bisa gratis dengan syarat minimal order dalam jumlah tertentu.
Transfer uang muka 50% agar order bisa mulai diproses. Pelunasan dilakukan setelah barang selesai dicetak.
Untuk kalian yang ada di Bandung, bisa langsung datang di Jl. Cihampelas no. 64c Bandung. Yang di luar kota bisa order dengan chat admin di nomor 0817-5777-898
Gimana, gak susah bukan? Mumpung ada promo minimal order 999.000 (all in) bisa free biaya desain. Lumayan buat modal usaha, gak sampai sejuta kan? Bisa banget buat mulai buka order baju, tas kain, hijab, kaos anak, atau hasil karya yang menarik untuk diabadikan dalam bentuk fashion.
Akhir-akhir ini merasa gemes banget sama kondisi kulit wajah sendiri yang serba gak jelas. Kadang kering, blackhead banyak, kadang jerawatan bandel. Ketika raker di Bogor kemarin, obrolan receh dan curhatan berkisar antara kondisi kulit paska pandemi. Obrolan yang berujung pada rekomendasi sebuah klinik di Karawang. Akhirnya kami kompakan untuk menyempatkan reservasi treatment di sana. Ini nih, namanya Asley Clinic.
Nah sebelum bahas lebih panjang, nih aku kasih preview jerawat-jerawat yang sering kita alami nih. Kalau kalian sudah pernah atau sering timbul jerawat-jerawat di atas, baiknya jangan dipencet dan mending serahkan langsung ke expert/ahlinya yah. Yuk… Yuk simak baik-baik, yuk treatment yang aku lakukan!
Seperti apa program dan treatment Medical Acne Treatment yang aku lakukan di Asley Clinic Acne Expert? Dan bagaimana hasilnya sejauh ini? Sekalian nanti aku infokan juga cara booking di Asley Clinic.
Tanggal 30 September 2022 akhirnya dapet kebagian slot treatment karena di situ biasanya selalu penuh, jadi mesti reservasi dari jauh-jauh hari. Reservasinya gampang, kalian bisa telepon ke nomor 081293027007. Berhubung ini wajah udah gak keurus banget, jerawat dimana-mana, selesai gajian langsung deh cap cus ke Karawang.
Seperti biasa, setelah parkir mobil. Pintu langsung dibukain sama satpam di sana. Masuk-masuk langsung disambut ramah sama receptionistnya. Karena teman-temanku bukan customer baru jadi mereka gak perlu lagi isi data rekam medis dan lain sebagainya, sehingga gak harus berlama-lama di meja receptionist, langsung dijemput sama nurse/perawatnya untuk diantar ke ruang dokter.
Beda halnya dengan aku yang seorang pasien baru. Aku harus mengisi data pribadi, seperti Nama, Nomor telepon, Alamat dan mengetahui informasi Asley dari mananya. Selain itu mereka juga menanyakan history pemakaian skincare sebelumnya sama keluhan dan kondisi kulit wajahku saat ini.
Nah setelah dokter cek langsung kondisi jerawatku, kemudian aku direkomendasikan untuk treatment Medical Acne Rejuve karena ternyata jerawatku sudah tinggal bekas-bekasnya aja. Alhamdulillah yah perjuangan selama ini akhirnya ganti juga treatment dari awalnya Medical Acne Treatment sampai 2 kali treatment.
Setelah itu, langsung diantar sama nurse dan beauticiannya ke ruang Treatment yang sudah sangat kurindukan. Yesss senyaman itu ruangannya bernuansa Pink-Putih, harum dan diiringi alunan-alunan therapy jadi selama treatment rasanya cuma bisa merem nikmatin bahkan sempat terlelap sebentar.
Treatmentnya memakan waktu kurang lebih 2 jam dan pulangnya aku sempetin beli paket skincare yang lengkap. Mumpung lagi di Karawang jadi sekalian. Sebenarnya di sini gak diharuskan membeli skincarenya, jadi kalau mau treatment saja udah cukup. Tapi berhubung aku sudah cocok sama skincarenya dan gak mau gonta-ganti skincare alhasil beli aja sekalian. Kekurangannya satu sih, mereka belum punya packaging besar untuk produk facial wash yang mana sering habis duluan dibanding produk lainnya.
Oh iya dari treatment yang aku jalani tadi udah paket lengkap banget, mulai pembersihan wajah, suntik jerawat, laser, ekstraksi sampai masker dan PDT (Photodynamic Therapy) di akhir. Total semuanya merogoh kantong sebesar Rp 550,000 aja. Gak ada biaya tambahan untuk konsultasi dokter maupun biaya parkir mobil sekalipun.
Untuk kalian yang mau tahu lebih lengkap informasi tentang Asley Klinik coba kunjungi website : https://asley.co.id/ Kalian juga bisa melakukan pembelian produk paket skincare melalui website ini lho!
Atau datang langsung ke Asley Clinic di alamat berikut:
Ruko Bharata, Blok U No.26, Jl. Bharata Raya, Sukaluyu, Telukjambe Timur, Karawang, Jawa Barat 41361 Kec. Teluk jambe timur, Kab. Karawang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia – 41361
Perawatan yang gampang dan hemat seperti ini, salah satu favorit kantongku. Bagaimana dengan kalian? Ada yang punya cerita dan pengalaman menarik treatment di Asley Clinic juga kah? Share yuk! Karena rasanya aku pengen balik lagi.
Kusta dengan kemiskinan dan daerah tertinggal biasanya sangat identik. Apakah benar kusta identik dengan kemiskinan dan daerah tertinggal? Mengapa demikian?
Kalau kalian mau tahu yang sebenarnya, cobain nonton youtube channelnya Ruang Publik KBR yang bekerjasama dengan NLR Indonesia yang membahas kaitan kusta dengan kemiskinan. Dalam bahasannya KBR dan NLR Indonesia mengundang dua narasumber, yaitu:
Sunarman Sukamto, Amd – Tenaga Ahli Kedeputian V, Kantor Staf Presiden (KSP)
Dwi Rahayuningsih – Perencana Ahli Muda, Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas
Ruang Publik kali ini dipandu host cantik Debora Tanya. Dari talkshow di Ruang Publik inilah aku baru tahu kalau Kusta dan kemiskinan seperti lingkaran setan. Kalau kalian sekedar tahu bahwa kusta biasanya penyakit untuk orang miskin, justru sebenarnya Kusta bisa menjadi salah satu penyebab kemiskinan. Kenapa?
Karena penderita kusta atau akrab dikenal dengan nama OYPMK susah mendapat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ketakutan masyarakat pada umumnya akan penularan Kusta membuat mereka menjauhi para OYPMK. Akibatnya OYPMK seringkali mendapatkan diskriminasi yang tidak semestinya hingga kehilangan kesempatan kerja yang mumpuni.
Dari talkshow ini pula aku tahu kalau, pemerintah mengambil banyak langkah dan tindakan dalam mengentaskan kemiskinan bagi para OYPMK. Bagaimanapun juga OYPMK berhak untuk mendapatkan hidup yang layak, berhak mendapatkan kesempatan bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. OYPMK sama seperti orang pada umumnya. Mereka sudah sembuh, sudah aman bekerja di tengah masyarakat, dan sudah tidak menularkan penyakit.
Pemerintah memberikan pengobatan yang mumpuni dan gratis bagi para penderita kusta. Penderita kusta bisa berobat di manapun di puskesmas yang disediakan oleh pemerintah. Gratis tanpa dikenakan biaya sepeserpun. Dengan pengobatan yang disiplin dan rutin penderita kusta pun bisa sembuh dan tidak menularkan penyakitnya. Sehingga mereka bisa kembali ke tengah masyarakat, beraktivitas dan bekerja seperti biasa.
Langkah Pemerintah Dalam Mengentaskan Kemiskinan Bagi OYMPK
Per Januari 2022 di Indonesia tercatat kasus kusta sebanyak 13.487 dan 7.146 diantaranya adalah kasus baru yang tersebar di 6 provinsi yang terdiri dari 101 kabupaten/kota. Tahukah kalian, kasus sebanyak ini menjadikan Indonesia menempati posisi ketiga terbesar negara dengan penyakit kusta? Bangga? Enggak doong… Semua pihak harus bekerjasama untuk membantu mewujudkan program Indonesia bebas Kusta. Yuk dimulai dengan mengubah stigma yang tersebar di masyarakat, menerima para OYPMK, merangkul mereka untuk beraktivitas di tengah kita dan memberikan hak dan kesempatan yang sama.
Bapak Sunarman Sukamto, Amd mengakui bahwa hingga saat ini upaya perwujudan Indonesia bebas kusta masih menjadi upaya dominan bidang kesehatan, belum ada upaya sinergis lintas departemen. Padahal untuk membawa program ini dibutuhkan peran dan kerjasama banyak pihak, baik dari sektor sosial, ekonomi, pendidikan, ketenagakerjaan, maupun sektor bidang lainnya. Hal ini disebabkan permasalahan kusta sudah menjadi permasalahan multidimensi.
Saat ini kementerian kesehatan mulai meningkatkan usaha pemberantasan kusta, bukan hanya melalui sisi kesehatan berupa pengobatan namun juga mulai merambah di bidang sosial, kesejahteraan ekonomi, pemberdayaan dan sisi lingkungan. Dalam proses pembangunan ke depan, pemerintah mulai memberdayakan para penyandang disabilatas dan OYPMK untuk menjadi stakeholder, terlibat langsung dalam program-program tertentu pemerintah.
Ibu Dwi Rahayuningsih melalui Bappenas rutin mengadakan pendataan untuk memetakan permasalahan dan kebutuhan para penyandang disabilitas dan OYPMK. Ibu Dwi menambahkan pemerintah sudah menyelenggarakan beberapa program untuk mengentaskan kemiskinan bagi OYPMK, di antaranya.
Bantuan sembako untuk OYPMK dari golongan tidak mampu berdasarkan database kemensos
Bantuan asistensi rehabilitasi sosial dan alat bantu
Program kemandirian usaha, terutama bagi mereka yang masih mendapatkan diskriminasi dari lingkungan
Penyediaan tempat bagi OYPMK untuk pemberdayaan dan pelatihan, diantaranya ada di Dusun Sumber Glagah, Tanjung Kenongo, Jawa Timur dan ada di Banyumanis – Jawa Tengah, Jongaya – Makassar.
Semua program tersebut bisa diakses dan dimanfaatkan oleh penyandang disabilitas dan OYPMK yang masih berada di garis kemiskinan. Program-program lainnya masih dalam tahap pengembangan dan belum sempurna dalam penyelenggaraannya. Namun begitu diharapkan ke depannya banyak program yang akan dapat diselenggarakan dan dimanfaatkan dengan maksimal.
Lantas, sebagai masyarakat, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu kawan-kawan OYPMK? Yuk dimulai dari mengubah stigma dan pola pikir kita akan penyakit kusta dan merangkul OYPMK untuk kembali bermasyarakat dan memasuki dunia sosial beraktivitas seperti yang lainnya.
Dimulai dari sekarang, untuk kehidupan yang lebih nyaman!
Generasi Muda Wajib Paham Masalah Gizi, Untuk Apa?
“Walah, ngapain sih ikut seminar masalah gizi? Gak bermanfaat buat pergaulan, Coy…”
Ngapain sih anak muda harus ikut seminar masalah gizi? Bukan anak kuliah jurusan gizi dan kesehatan juga. Gak penting banget. Gitu gak sih kira-kira pikiran sebagian besar dari kita?
Gizi sebenarnya bukan hal yang tabu untuk dibicarakan sehari-hari. Namun kenapa dalam pembicaraan anak muda sehari-hari sangat jarang membicarakan masalah gizi? Kira-kira dari 100% isi pembicaraan kalian dengan teman dan saudara, ada berapa persen isi pembicaraan yang ngobrolin serius maupun bercanda masalah gizi?
Kira-kira masalah buruk kesehatan apa yang kalian takuti saat mengabaikan masalah gizi? Atau sebenarnya selama ini belum pernah memikirkan itu sama sekali? Seolah umur 60an sakit stroke, hipertensi, diabetes itu sudah menjadi hal yang lumrah?
Anak Muda Perlu Perbaiki Pola Hidup
Namun tahukah kalian bahwa angka-angka usia itu mulai bergerak? Saat ini usia manusia kena penyakit semacam stroke, diabetes, dan sejenisnya ini bukan lagi dialami oleh para lansia, tetapi justru orang-orang yang masih ada di usia produktif? Coba sesekali kalian ikut antar orang tua kalian untuk kontrol ke rumah sakit, dan perhatikan siapa saja yang datang berobat? Banyak di antara mereka yang masih ada di usia produktif sudah mulai rutin mengkonsumsi obat diabetes dan obat hipertensi.
Tahukah kalian bahwa obat-obat semacam obat diabetes dan obat hipertensi ini harus dikonsumsi seumur hidup? Tahu kah kalian? Kalau belum tahu, mulailah cari tahu dari sekarang. Jangan sampai 10 tahun lagi kalian yang akan mengkonsumsi obat-obat itu.
Beruntunglah jika kalian ikut seminar YAICI di UNAIR beberapa waktu lalu. YAICI bersama UNAIR mengambil tema “Inilah Saatnya! Aku, Kamu, Kita Generasi Muda Sadar Gizi” untuk membangunkan generasi muda agar mulai peduli dengan gizi. Setidaknya di antara ribuan kata obrolan receh kalian, ada nyelip sedikit masalah gizi, ya gaes ya…
Seminar kemarin ada banyak narasumber menarik yang bikin diskusi seminar berjalan seru dan tidak membosankan. Di antaranya ada :
Ibu Arumi Bachsin – istri wakil Gubernur, Ketua TP PKK Jawa Timur
Arif Hidayat – Ketua Harian YAICI
Dr. Pungky Mulawardhana SpOG(K) – Dokter spesialis Obgyn
Prof. dr. Bambang Wirjatmadi, MS, MCN, PhD, SpGK (K) – Dokter spesialis Gizi
Awam Prakoso – Founder komunitas kampung dongeng
Maman Suherman – Penulis buku dan Pegiat Literasi
Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Jawa Timur pada tahun 2018, yang disampaikan oleh Ibu Arumi Bachsin, Istri Wakil Gubernur Jawa Timur ada 44,18% remaja usia 15 tahun ke atas memiliki bentuk tubuh sangat gemuk, dan usia 18 tahun ke atas sebanyak 22,37% sangat gemuk. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pola hidup yang buruk di kalangan remaja.
Fenomena mager atau malas gerak dan maraknya jajanan-jajanan cepat saji yang memiliki kandungan tinggi karbohidrat dan rendah protein menjadi salah sedikit penyebabnya. Prof. Bambang Wirjatmadi menyampaikan bahwa kandungan jajanan atau makanan cepat saji yang tinggi karbohidrat namun rendah protein ini menjadi pemicu banyak penyakit seperti Jantung, kolesterol tinggi hingga berbagai masalah komplikasi lainnya.
Arumi Bachsin menambahkan kalau seiring meningkatnya kasus kegemukan pada remaja, angka infertilitas pun juga melonjak. Fenomena infertilitas ini ditengarai salah satu akibat dari buruknya pola hidup remaja.
Dampak Buruk Rendahnya Literasi Gizi Remaja
Rendahnya literasi tentang gizi pada kaum remaja ini membawa dampak buruk yang panjang dan berkelanjutan. Pemerintah harus mengambil sikap. Tahu gak kalau dampak buruknya bisa berlangsung berkelanjutan hingga beberapa generasi. Kenapa? Karena generasi remaja sekarang akan menjadi orang tua yang melahirkan bayi-bayi generasi penerus.
Gimana bisa merawat bayi dengan tumbuh kembang yang maksimal jika orang tuanya memiliki pola hidup dan selera makan yang kacau? Bisa dibayangkan gimana angka stunting gak makin ambyar?
Remaja harus tahu kalau kental manis bukan susu. Remaja harus tahu kalau kental manis bukan pengganti ASI. Remaja sekarang harus tahu kalau empat sehat lima sempurna bukan lagi standard gizi yang dipakai. Sekarang menu harus mengandung B2SAH (Beragam, Bergizi, Seimbang, Aman, Halal).
Memutus rantai stunting ini penting, harus segera dimulai sesegera mungkin. Demi mewujudkan Indonesia bebas stunting. Agar permasalahan penyakit degeneratif tidak semakin menggila. Sempat kaget ketika teman memberi tahu kalau kenalannya anak usia 15 tahun sakit diabetes. Sedih kan…
Menurut Prof. Bambang, sebenarnya untuk mengentaskan Indonesia dari stunting bisa dengan meningkatkan konsumsi protein. Perbanyak konsumsi protein. Masalahnya jajanan dan makanan cepat saji sekarang justru memiliki kandungan karbohidrat tinggi dan miskin protein. Remaja harus paham jenis-jenis bahan makanan yang mengandung bahan kimia non alami yang menjadi racun bagi tubuh.
Ini Yang Harus Dilakukan Agar Generasi Muda Sadar Gizi
Menurut Kang Maman, salah satu narasumber yang hadir dalam seminar, mengatakan bahwa masyarakat Indonesia menempati salah satu terbesar pengguna internet di dunia, yakni sebesar 73,7%. Sebagai pengguna internet terbesar, sayangnya tidak dibarengi dengan tingkat literasi yang mumpuni. Tingkat literasi Indoenesia termasuk salah satu yang terendah di dunia. Miris?
Apa akibatnya? Tentu saja hoax beredar di mana-mana. Padahal dalam memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari yang dibutuhkan bukan hanya sekedar kecakapan literasi dasar, namun juga butuh critical thinking.
Kak Awan Prakoso mengamini bahwa Indonesia memang memiliki tingkat literasi yang rendah. Padahal untuk mengajarkan anak-anak dan remaja sadar gizi ini memiliki banyak cara. Biasanya yang paling efektif dan lebih cepat adalah melalui cerita dan dongeng. Sisipan pesan-pesan itu bisa dimasukkan di dalam alur dan ide cerita.
Langkah apapun yang diambil untuk meningkatkan literasi gizi tersebut dibutuhkan kolaborasi semua pihak. YAICI sekarang sudah memulai dengan merangkul remaja dari berbagai universitas, termasuk UNAIR. Namun, tidak berhenti sampai di sini. Semua pihak harus bergerak. Seperti BEM UNAIR mulai mengajak ibu-ibu posyandu untuk cek gizi balita dan menularkan ilmu sadar gizi nya yang didapat dalam seminar dan perkuliahan.
Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian masih termasuk warga penghamba vetsin? Yuk segera insaf. Kita imbangi dengan makanan yang mengandung protein tinggi mulai dari sekarang! Yuk peduli! Saatnya aku, kamu, kita generasi muda sadar gizi.
Mewujudkan OYPMK Merdeka Dari Stigma dan Diskriminasi
Ketika mendengar kata “Kusta” apa yang terbersit di benak kalian? Apa yang kalian bayangkan ketika melihat seorang OYPMK atau orang yang pernah menderita kusta? Apakah kalian membayangkan stigma-stigma yang banyak beredar di masyarakat selama ini?
Begitulah yang dialami sebagian besar penderita kusta di tengah masyarakat. Meskipun sudah sembuh, mereka pun masih menyandang status seorang OYPMK, Orang Yang Pernah Menderita Kusta. Status dan stigma tersebut seolah melekat dan akan terbawa ke manapun.
Untuk membantu menggaungkan kesetaraan dan kemerdekaan bagi para OYPMK, Ruang Publik KBR bersama NLR menggelar talkshow rutin yang bisa dilihat di youtube channel KBR.id. Talkshow kemarin membahas tentang “Makna Kemerdekaan Bagi OYPMK, Seperti Apa?”. Menghadirkan Dr. Mimi Mariani Lusli dari Mimi Institute dan Marsinah Dhedhe, seorang aktivis, OYPMK dan penyandang disabilitas, membahas jatuh bangun para OYPMK dan disabilitas dalam mewujudkan kemerdekaan, merdeka dari stigma dan diskriminasi.
Mimi Institute sendiri yang sudah lahir sejak tahun 2009 yang memiliki visi untuk mengajak masyarakat membiasakan diri dengan kehadiran teman-teman disabilitas termasuk kehadiran teman-teman OYPMK dengan ragam-ragam interaksi sesuai dengan kondisi dan kemampuan. Tujuannya agar masyarakat paham bagaimana cara berinteraksi dengan kawan-kawan disabilitas dan OYPMK sehingga mereka tidak merasa terdiskriminasi atau tersisihkan.
Selain itu kegiatan-kegiatan dan kampanye yang diusung Mimi Institute tersebut membantu para penyandang disabilitas dan OYPMK untuk percaya diri dan mandiri dalam berkontribusi di masyarakat seperti yang lain. Karena memang sesungguhnya baik penyandang disabilitas maupun OPYMK memiliki hak yang sama dalam berkontribusi dan berkarya. Hal yang sama diamini juga oleh mbak Dhedhe seorang OYPMK.
Mbak Dhedhe sendiri pernah menderita kusta ketika masih usia sekolah dasar. Support dari keluarga sangat membantu mbak Dhedhe keluar dari lingkarang stigma yang pernah membelenggu. Mbak Dhedhe pun pernah menjadi bagian dari stigma dan ejekan dari kawan-kawannya dan masyarakat. Namun berkat dukungan keluarga, bahkan sekarang mbak Dhedhe sempat lupa kalau beliau seorang OYPMK.
Dukungan besar seperti yang diberikan keluarga mbak Dhedhe membantunya kembali ke masyarakat, berkiprah, berkontribusi dan berkarya tanpa merasa terdiskriminasi. Kemerdekaan berkarya terbukti mampu dirasakan oleh seorang disabilitas sekaligus OYPMK seperti Mbak Dhedhe. Selain dukungan keluarga, peran aktif pemerintah dan instansi BUMN maupun BUMS juga sangat berpengaruh.
Baik pemerintah, BUMN maupun instansi swasta bisa memberikan kesempatan yang sama besarnya kepada penyandang disabilitas dan OYPMK dalam memperoleh pekerjaan maupun ruang untuk berkarya. Instansi-instansi tersebut dapat memberikan sekian persen dari jumlah karyawannya ditempati oleh para disabilitas maupun OYPMK. Kesempatan yang setara dan ruang yang sejajar tersebut akan membantu penyandang disabilitas dan OYPMK kembali ke masyarakat. Dengan interaksi yang optimal, stigma yang ada di masyarakat pun diharapkan dapat berkurang. Maka kemerdekaan yang dicita-citakan para penyandang disabilitas dan OYPMK untuk kembali berkarya dan berkontribusi pun bukan lagi sebatas angan.
Bagi OYPMK maupun penyandang disabilitas yang masih mendapatkan diskriminasi dan menyandang stigma dari lingkungan sekitarnya, Dr. Mimi memberikan saran untuk membuka ruang komunikasi seluas-luasnya. Jangan pernah menyerah untuk membuka ruang komunikasi karena pada dasarnya masyarakat yang menempelkan stigma tersebut disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan ilmu tentang Kusta.
Dr. Mimi mengatakan “Kalau masyarakat menjauhi, yuk kita yang mendekati. Karena kalau masyarakat menjauh, dan kita menarik diri juga menjauh, maka akan semakin jauh…” Jadi jangan pernah menyerah untuk terus membuka ruang komunikasi. Ketika dijauhi, tidak perlu lantas menjadi minder dan menarik diri. OYPMK dan penyandang disabilitas berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sama, jadi juga harus memperjuangkan hak tersebut.
Jika pemerintah mampu mengubah budaya dari tidak memakai masker sebelum pandemi menjadi budaya memakai masker ketika pandemi, maka jika diberikan informasi yang sama gencarnya tentang kusta, niscaya masyarakat pun akan banyak paham tentang kusta dan karakteristiknya. Kesadaran bahwa OYPMK dan penyandang disabilitas bukan untuk dijauhi akan menjadi budaya baru juga dimasyarakat.
Nah, kita sebagai bagian dari warga masyarakat, sudah selayaknya ambil bagian berperan aktif untuk turut memberikan kesempatan yang sama besarnya bagi para penyandang disabilitas dan OYPMK dalam memperoleh kemerdekaan berkarya. Mereka layak mendapatkan kemerdekaan berkontribusi sama besarnya dalam pembangunan masyarakat. Menjadi insan yang berdaya dan berkarya, sama seperti kita semua. Setuju?